Hubungan Panas Inggris dan Skotlandia Kembali Terjadi – Kerajaan Inggris termasuk negara dengan kekuatan penuh. Negara ini termasuk sebagai negara maju dengan berbagai kelebihan yang dimiliki. Bidang edukasi, politik, hingga ekonominya semakin meningkat dengan banyaknya perkembangan pengetahuan serta teknologi. Disisi bersamaan, Skotlandia yang merupakan bagian dari kerajaan mengalami banyak pandangan tersendiri mengenai sebuah negara. Anggapan seperti itu yang membuat hubungan keduanya terus mengalami panas dingin yang kerap menyita perhatian negara lain. Keadaan tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi di abad ini, sejak lama Inggris dan Skotlandia mengalami berbagai konflik internal mengenai banyak aspek. Jika dilihat kembali, Perang Bannock Burn yang terjadi tahun 1314 menjadi puncak dari konflik yang terjadi.

Perang itu begitu besar, sehingga menjatuhkan banyak korban jiwa. Pasukan yang dipersiapkan oleh dua kerajaan itu tidak tanggung-tanggung. Pertaruhan hidup dan mati menjadi poin utama yang membuat Raja Robert The Bruce memulai gerakan atas perang tersebut. Siasat yang digunakan oleh Skotlandia berhasil membuatnya menang. Peristiwa besar ini tentu akan terus diingat oeh Skotlandia sebagai keberhasilan yang luar biasa. Pemicu perangnya tentu saja mulai dari persoalan mengenai kekuasaan yang dirampas. Penilaian tersebut diungkap oleh Skotlandia. Tanah milik mereka direbut, sehingga sudah seharusnya mereka merampasnya kembali untuk menunjukkan kekuasaan kerajaan. Konteks ini tentu sering terjadi pada berbagai perang dunia.

Skotlandia dan Inggris hanya satu dari sekian banyak negara yang juga mengalami perang dengan faktor serupa. Apabila dirujuk kembali, Skotlandia memang mengalami sikap nasionalis yang lebih tinggi. Warganya begitu bersemangat untuk memastikan kemenangan dalam setiap perang. Potensi ini tentu membuat gerakan yang dimunculkan lebih teratur. Bahkan jika dilihat dari catatan sejarahnya dapat dilihat, bahwa pasukan yang dilibatkan mencapai ribuan. Langkah ini tentu bukan cara yang tak terukur karena pada akhirnya, Skotlandia menang dengan keinginan untuk merdeka dari Kerajaan Inggris. Sampai pada titik ini, masyarakat dunia pasti akan mengerti bahwa poin utama dari Skotlandia memang berada pada ketentuan untuk memerdekan diri.

Seiring berjalannya waktu, keduanya tetap menjadi bagian dengan satu negara. Sejarah panjang yang begitu menarik, membuat sensasi terkait sikap nasionalisme Skotlandia baru-baru ini kembali mencuri perhatian. Hal itu terjadi, saat wabah corona menyebar beberapa tahun lalu. Tindakan yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris dianggap tidak sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi. Secara bersamaan, tingkat kematian warga Inggris pada waktu itu terus meningkat. Bahkan wabah Corono sampai membuat ratu Inggris jatuh sakit. Berita global tentang keadaan tersebut begitu memprihatinkan. Inggris termasuk negara yang melakukan system lockdown paling awal. Walaupun hampir semua negara melakukannya, tetapi poin yang kemudian memicu emosi Skotlandia adalah ketidakmampuan Inggris dalam memastikan system paling tepat untuk menyikapi situasi darurat.

Hubungan Panas Inggris dan Skotlandia Kembali Terjadi

Pertimbangan seperti itu yang pada akhirnya, membuat hubungan diantara keduanya kembali memanas. Tidak hanya pada titik peperangan, namun emosional yang terjadi begitu dimunculkan oleh Skotlandia. Bahkan mereka tidak mengikuti perintah dari pemimpinnya. Secara terang-terangan, Skotlandia mempermasalahkan pemimpin dan tidak mengakuinya sebagai kepala kerajaan. Konteks tersebut menjadi hal baru yang cukup menarik karena pada akhirnya akan sulit menyatu kedua negara yang sudah memiliki gengsi tinggi. Untuk lebih detailnya, berikut ulasan terkait konflik Inggris Skotlandia:

1. Inggris termasuk negara dengan system kerajaan terkuat sampai sekarang. Daya tarik Inggris sebagai negara kerajaan memang tidak perlu dipertanyakan, pasalnya Inggris mempunyai berbagai bidang yang dianggap maju. System pemerintahan hingga tatanan mengenai jabatan Kerajaan Inggris bahkan menjadi konsumsi global yang cukup menyenangkan. Konsep tersebut mungkin bukan sesuatu yang dianggap buruk oleh Skotlandia.

Namun ketika kembali dibahas dari awal, Skotlandia sebenarnya sudah tidak setuju dengan Inggris terkait system pemerintahan yang dimulai. Konteksnya mengacu pada aspek ekonomi dan politik. Bukan hanya di Inggris, hampir semua negara akan mengalami kecenderungan yang sama. Bagaimanapun bidang ekonomi politik bukan satu aspek yang bisa langsung selesai dalam hitungan detik. Konsepnya akan terus meningkat, sehingga Skotlandia merasa bahwa kebijakan yang Inggris ambil tidak tepat. Untuk memperjelas sikap, Skotlandia berani untuk tidak menuruti pemerintahan. Hubungan seperti itu yang dialami oleh keduanya hingga sekarang.

2. Alasan kedua, batas wilayah Skotlandia yang dianggap telah direbut oleh Inggris. Anggapan seperti itu sudah terjadi sejak tahun 1314. Penilaian itu yang pada akhirnya, membuat perang Bannock Burn meletus. Persaingan yang terjadi cukup mengerikan, sebab dilihat dari korban jiwa yang berjatuhan terbilang banyak. Perang disebuah negara pasti tidak lepas dari batas kekuasan. Tanah menjadi hal penting bagi mereka, sehingga bukan hal baru ketika sebuah negara harus perang ketika batas wilayah mereka dirampas.

Keadaan tersebut tidak hanya terjadi antara Inggris dan Skotlandia. Hampir semua negara mungkin pernah merasakan kondisi seperti itu, sehingga negara seharusnya mampu mematuhi setiap batasan yang telah disusun secara internasional untuk meminimalisir kerugian dari sebuah perang.

3. Performa pemerintah Inggris yang dianggap masih buruk oleh Skotlandia. Diakui atau tidak, sisi kontra akan selalu muncul. Bukan hanya bagi mereka yang berselisih paham, tetapi sikap yang sama akan terjadi bahkan dalam sebuah demokratis. Hal seperti itu bisa dianggap sangat mengecewakan, sehingga seringkali menimbulkan sensasi yang lebih panas diantara negara. Skotlandia merasakan hal itu dari pemerintah Inggris, sehingga aspek politik ekonomi selalu menjadi poin yang mendapat kritikan yang cukup kuat dari pihak Skotlandia. Tidak tanggung-tanggung, mereka bahkan tidak menerima perintah dari pemimpinnya.

You May Also Like

More From Author