Perang Bannock Burn semakin memanas pada tahun 1314. Tepatnya, tanggal 23 hingga 24 Juni. Jika dilihat dari catatan sejarah yang dikumpulkan bisa dibilang, bahwa perang ini termasuk salah satu bagian yang tidak akan lepas dari cerita membanggakan bagi Skotlandia. Hal tersebut menjadi pertimbangan yang besar untuk dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Inggris dan Skotlandia. Konflik yang terjadi antar dua kerajaan tersebut terus memanas, sehingga terluapkan pada perang Bannock Burn. Seiring berjalannya waktu, sejarah kelam ini tetap saja menjadi bagian yang tidak akan terlupakan. Poin yang menarik begitu banyak negara, pasalnya titik emosional Kerjaaan Skotlandia begitu memuncuk karena keinginan mereka untuk melepaskan diri dari Kerajaan Inggris.
Langkah itu diambil sebagai cara yang menurut mereka tepat, sebab ketidaksepahaman yang terjadi membuat konflik pemerintahan terus terjadi. Bahkan sensasi panas diantara keduanya masih terjadi hingga sekarang. Fakta tersebut terbukti dari kecenderungan Skotlandia untuk tidak menyetujui semua kebijakkan dari Kerajaan Inggris. Hal seperti itu yang mungkin harus dipertimbangkan dengan cermat karena pada akhirnya, perang bukan solusi paling tepat untuk satu konfilik yang sebenarnya bisa diperbincangkan dengan lebih nyaman. Agregat Skotlandia memang tidak pernah luntur dari dulu. Upaya untuk memperdekakan diri dari Kerajaan Inggris masih sangat terasa, sehingga masuk akal ketika banyak upaya yang dilakukan untuk memastikan peperangan tidak kembali terjadi.
Jika melihat sejarah berbagai negara, peperangan memang menjadi keadaan yang terjadi karena konflik yang dianggap mengecewakan. Bahkan untuk mengupayakan kemenangan dalam peperangan sebuah negara memperlukan tenaga yang begitu besar. Tak hanya itu, anggaran perang bisa dibilang lebih tinggi, sehingga banyak dari negara lain yang meminimalkan kerugian yang terjadi. Belum lagi tentang korban jiwa hingga kerugian lain yang seharusnya mampu teratasi dengan tepat. Kembali menenggok ke sejarah Perang Bannock Burn, saat itu perang dimenangkan oleh Kerajaan Skotlandia. Kemeriahan tentu dirasakan karena telah lama, Skotlandia menginginkan hal tersebut. Bahkan peringatan kemenangan perang masih dilakukan hingga sekarang.
Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah sekarang potensi kedua kerajaan ini bersatu masih memungkinkan? Tentu saja. Dari banyaknya sumber yang ada dijelaskan, bahwa kedua negara maju ini melakukan banyak pertimbangan untuk bersatu. Meskipun dalam perjalananya akan sangat sulit, tetapi kenyataannya terdapat peluang yang memungkinkan kedua negara tetap dalam satu kawasan yang sama. Potensi panas dinginnya hubungan Inggris dan Skotlandia bukan hanya terjadi saat perang Bannock Burn terjadi. Beberapa tahun lalu, keduanya juga mengalami selisih paham yang cukup kuat. Hal itu yang pada akhirnya membuat Skotlandia mengambil tindakan untuk tidak mengikuti aturan pemerintahan Inggris. Faktor pemicu ialah anggapan Skotlandia terhadap Inggris yang membuat keputusan terlalu mendesak saat wabah corona melanda.
Faktor Utama Perang Bannock Burn
Bagi Anda yang senang dengan sejarah panjang sebuah negara, Perang Bannock Burn mungkin akan menjadi salah satu perang yang Anda pelajari secara detail. Jika diperhatikan dari awal, sebenarnya konflik internal yang terjadi dalam sebuah negara biasanya disebabkan oleh ketidaksepahaman. Hal itu tidak hanya terjadi antara Inggris dan Skotlandia. Beberapa negara lain juga mengalaminya. Bahkan konflik berkepanjangan seperti Palestina dan Israel masih terjadi hingga saat ini. Peristiwa ini pada akhirnya membuat warga negara masing-masing mengalami kerugian yang sangat besar. Potensi negara untuk maju hilang hanya karena kesalahpahaman yang mungkin akan menurun ketika diperbincangkan dengan tepat. Lalu, apa saja faktor dari Perang Bannock Burn?
1. Anggapan Skotlandia, bahwa Kerajaan Inggris mencuri tanah milik mereka. Alasan perang seperti ini menjadi sangat klasik. Perebutan wilayah sering memicu peperangan yang cukup hebat. Tidak tanggung-tanggung, semuanya bisa tak terkendali ketika wilayah suatu negara diambil oleh negara lain. Hal seperti itu mungkin pilihan untuk tetap meningkatkan sikap nasionalisme. Bagaimanapun pemahaman mengenai sikap it uterus dipertimbangkan, sehingga banyak dari negara yang begitu fokus untuk memperkuat sektor pertahanan negara. Esensi itulah yang kemudian bisa dilihat lebih luas mengenai penjajahan. Poinnya berada pada titik tersebut, sehingga mereka yang merasa bahwa tanahnya direbut, otomatis akan melakukan tindakan yang lebih keras untuk memaksimalkan perebutan kembali.
2. Keinginan Kerajaan Skotlandia bebas juga dianggap sebagai faktor memicu perang Bannock Burn. Alasan tersebut bukan satu fakta yang aneh karena pada akhirnya, negara yang merasa telah tak sepaham dengan negara utama pasti akan melakukan upaya besar-besaran untuk keluar dari negara itu dan membangun negara baru. Impian seperti itu yang pada akhirnya dikembangkan menjadi satu gagasan yang disetujui oleh sebagian besar kawasan Skotlandia. Dari sini saja, Anda sudah bisa melihat bahwa potensi untuk perang pasti tidak akan terbantahkan. Kenyataan ini sama seperti sejarah kelam yang dialami oleh Indonesia dan Timor Timor. Pada akhirnya, perang selesai dengan memastikan Timor Timor keluar dari kawasan Indonesia.
3. Ketidakpuasan Skotlandia terhadap Inggris. Penilaian semacam ini biasanya terjadi dalam sebuah tatanan negara ataupun kerajaan. Keputusan tentang kebijakan ekonomi politik juga menjadi andil besar dari sebuah konflik internal sebuah negara. Fakta ini tidak dapat dimungkiri karena pada akhirnya, semua negara memiliki cerita yang mungkin sama akan permasalahan internal yang terjadi. Gerakan mendesak untuk merdeka tentu akan lebih kuat karena ketidakpuasan tersebut dirasakan hampir semua warga Skotlandia. Perang Barnnock Burn tahun 1314 yang dipimpin oleh Raja Robert The Bruce tak terhindarkan.